In Memoriam... Prof. Dr. Haryono Semangun
Pagi hari Jum'at 27 Mei 2016 sambil menunggu jam belajar dimulai seperti biasa penulis membuka salah satu sosial media yaitu twitter dan terkejut saat membaca sebuat tweet tentang meninggalnya salah seorang guru besar UGM yaitu Prof. Dr. Haryono Semangun..
Seketika ingatan penulis melayang ke masa 16 tahun silam saat masih menimba ilmu di fakultas pertanian UGM. Memang penulis tidak begitu banyak berinteraksi dengan sang profesor namun dari sedikit waktu dengan beliau banyak hal yg dapat dipetik..
Hal yg paling berkesan adalah beliau tidak begitu nyaman dipanggil Profesor (mungkin beliau sudah lupa dengan gelarnya tersebut yang diperoleh sejak tahun 1974 atau saat itu sudah lebih 20 tahun). Penampilan beliau selalu rapi dengan rambut yg senantiasa tersisir, sangat disegani dosen, namun tetap dekat dan bersahaja dengan mahasiswa. Suara beliau sangat khas dengan baritonnya, saat mengajar di kelas pun sangat berkualitas, tersusun secara sistematis (terlihat sudah dipersiapkan sebelumnya), dan disampaikan dengan sangat menarik karena senantiasa dihubungkan dengan realita yg ada di masyarakat.
Sosok Prof. Haryono Semangun adalah sosok pengajar/ dosen yg lengkap. Beliau tidak hanya cakap dibidang akademik (dibuktikan dengan gelar profesor yang diperoleh saat masih berusia 41 tahun dan ratusan judul buku dan jurnal yang ditulisnya yang sampai saat ini menjadi rujukan bagi pegiat perlindungan tanaman), namun beliau juga handal di bidang manajemen, baik manajemen perguruan tinggi (pernah jadi dekan fakultas pertanian UGM), manajemen pusat penelitian (pernah jadi kapuslit tanaman teh dan karet), manajemen perusahaan (pernah jadi kepala beberapa perkebunan teh), dan manajemen organisasi profesi (pernah menjadi pendiri sekaligus ketua pertama organisasi Perhimpunan Fitopatologi Indonesia/ PFI).
Indonesia hari ini telah kehilangan sosok yang amat berdedikasi kepada profesi, institusi, lembaga, masyarakat (petani), dan bangsa. Satu kalimat beliau yang masih penulis ingat adalah sehebat dan sepintar apapun manusia akan dapat dikalahkan oleh kebaikan.
Selamat jalan sang Profesor... Selamat jalan Pak Haryono...
Seketika ingatan penulis melayang ke masa 16 tahun silam saat masih menimba ilmu di fakultas pertanian UGM. Memang penulis tidak begitu banyak berinteraksi dengan sang profesor namun dari sedikit waktu dengan beliau banyak hal yg dapat dipetik..
Hal yg paling berkesan adalah beliau tidak begitu nyaman dipanggil Profesor (mungkin beliau sudah lupa dengan gelarnya tersebut yang diperoleh sejak tahun 1974 atau saat itu sudah lebih 20 tahun). Penampilan beliau selalu rapi dengan rambut yg senantiasa tersisir, sangat disegani dosen, namun tetap dekat dan bersahaja dengan mahasiswa. Suara beliau sangat khas dengan baritonnya, saat mengajar di kelas pun sangat berkualitas, tersusun secara sistematis (terlihat sudah dipersiapkan sebelumnya), dan disampaikan dengan sangat menarik karena senantiasa dihubungkan dengan realita yg ada di masyarakat.
Sosok Prof. Haryono Semangun adalah sosok pengajar/ dosen yg lengkap. Beliau tidak hanya cakap dibidang akademik (dibuktikan dengan gelar profesor yang diperoleh saat masih berusia 41 tahun dan ratusan judul buku dan jurnal yang ditulisnya yang sampai saat ini menjadi rujukan bagi pegiat perlindungan tanaman), namun beliau juga handal di bidang manajemen, baik manajemen perguruan tinggi (pernah jadi dekan fakultas pertanian UGM), manajemen pusat penelitian (pernah jadi kapuslit tanaman teh dan karet), manajemen perusahaan (pernah jadi kepala beberapa perkebunan teh), dan manajemen organisasi profesi (pernah menjadi pendiri sekaligus ketua pertama organisasi Perhimpunan Fitopatologi Indonesia/ PFI).
Indonesia hari ini telah kehilangan sosok yang amat berdedikasi kepada profesi, institusi, lembaga, masyarakat (petani), dan bangsa. Satu kalimat beliau yang masih penulis ingat adalah sehebat dan sepintar apapun manusia akan dapat dikalahkan oleh kebaikan.
Selamat jalan sang Profesor... Selamat jalan Pak Haryono...
Comments
Post a Comment